advertisement
Bukek Siansu Jilid 11 "Heiii! Mundur kalian, jangan ganggu dia!!" Sin Liong sudah
meloncat ke depan.
"Kau yang mundur! Mengapa ikut-ikut keluar?" Swat Hong
membentak dan memandang Sin Liong dengan mata mendelik.
"Ehh? Sumoi...? Aku hanya ingin menolongmu."
"Siapa membutuhkan pertolonganmu? kembalilah kekamar tahananmu itu
dengan ... dengan..." Akan tetapi Swat Hong tak dapat melanjutkan
kata-katanya karena kini orang-orang Pulau Neraka telah mengeroyoknya.
"Wuuuttt... siuuuuttt!" Tubuh Swat Hong sudah menyambar ke
sana-sini, selain mengelak dari serbuan banyak senjata itu, juga untuk mengirim
serangan serangan balasan dengan tangan dan kakinya yang bergerak cepat sekali.
Bukan main hebatnya Swat Hong yang bergerak cepat dan yang didorong oleh
perasaan marah itu. Dia memang marah, bukan marah kepada orang-orang Pulau
Neraka, melainkan marah kepada... Sin Liong!
Kiranya tanpa diketahui oleh Sin Liong sendiri, sudah sejak tadi Swat
Hong tiba di tempat itu, menggunakan kepandaiannya menyelundup sehingga tidak
diketahui para penjaga dan dia telah dapat mendengarkan percakapan antara
suhengnya dan Soan Cu. Hatinya menjadi panas! Dia sendiri tidak tahu akan hal
ini, tidak sadar mengapa dia menjadi tidak senang mendengar betapa suhengnya
bercakap-cakap dengan ramah bersama seorang gadis! karena itu, niatnya untuk
menolong suhengnya menjadi buyar dan dia hanya menonton saja ketika suhengnya
diserbu binatang berbisa dan dapat menolong diri dengan obat penolak yang
diberikan oleh Soan Cu.
Ketika Swat Hong yang marah menyaksikan ibunya dijatuhi hukuman buang
melarikan diri dari Pulau Es, dara ini segera berlayar menggunakan sebuah
perahu Pulau Es. Tujuannya memang hendak membuang diri ke Pulau Neraka
menggantikan ibunya, dan terutama hal ini dilakukannya sebagai protes kepada
ayahnya. Akan tetapi karena dia belum pernah pergi ke pulau tempat buangan itu,
dan pula karena sudah jauh meninggalkan Pulau Es dia mulai merasa gelisah dan
ngeri memikirkan keadaan Pulau Neraka yang kabarnya amat berbahaya itu, maka
dia tersesat jalan, mendarat di pulau-pulau kosong sekitar Pulau Neraka.
Akhirnya dia melihat dari jauh perahu Sin Liong meluncur di antara
gumpalan-gumpalan es yang menggunung. Dia merasa heran sekali melihat suhengnya
dan merasa khawatir kalau-kalau suhengnya itu mengejarnya atas suruhan raja
untuk memaksanya kembali ke Pulau Es. Maka diam-diam ia lalu mengikuti dari
jauh sampai akhirnya dia melihat suhengnya mendarat di Pulau Neraka.
Dengan menggunakan kepandaianya. Swat Hong berhasil pula mendarat di
Pulau Neraka. Dia tidak khawatir akan serangan binatang-binatang berbisa,
karena sebelum berangkat Swat Hong membawa batu mustika hijau yang dia dapat
dahulu dari ayahnya. Di bagian tertentu di dasar laut dekat Pulau Es terdapat
batu mustika hijau ini yang amat sukar didapat dan hanya beberapa orang
penghuni Pulau Es saja yang berhasil mendapatkannya. Batu mustika hijau ini
mengandung khasiat yang mujijat terhadap ular berbisa dan semua binatang
berbisa, selalu ditakuti binatang-binatang itu, juga dapat dipergunakan untuk
mengobati luka terkena gigitan binatang berbisa. Maka, dengan batu mustika
ditangannya, dengan mudah Swat Hong dapat memasuki Pulau Neraka tanpa mendapat
gangguan sedikit pun dari binatang berbisa yang hidup di pulau itu.
Ketika Swat Hong tiba di tengah pulau, dia sempat melihat sinar, maka
dia menanti sampai larut malam dan menyelundup ke dalam tempat tahanan, dengan
maksud menolong suhengnya, akan tetapi tanpa disengaja dia dapat mendengarkan
percakapan antara suhengnya dengan Soan Cu. Inilah yang membuat hatinya menjadi
panas sehingga ketika dia ketahuan para penjaga dan dikeroyok, dia menolak
keras bantuan Sin Liong!
Tentu saja Sin Liong menjadi terheran-heran melihat sikap sumoinya dan
memandang dengan alis berkerut dan hati khawatir. Sudah ada enam orang
pengeroyok terguling roboh oleh gerakan kaki tangan Swat Hong yang marah itu,
padahal dara itu belum mencabut pedangnya. Dapat dibayangkan betapa akan
hebatnya kalau dara itu sudah menggunakan senjata!
"Sumoi, tahan...!" Dia meloncat maju.
"Singgg...! Mundur kau!"
Sin Liong terkejut melihat sumoinya mencabut pedang! Dan pada saat itu,
terdengar bentakan keras, "Siapakah gadis cilik itu berani mengacau
disini? Ahhh, Kwa Sin Liong, engkau berani lolos dari tempat tahanan?"
Yang datang adalah Ouw Kong Ek, ketua Pulau Neraka! Tentu saja ketua
ini tidak mengenal Swat Hong, sebaliknya, dara itupun tidak mengenal kakek
berkepala besar ini, maka dia memandang rendah dan membentak,
"Siapa kau? Kalau sudah bosan hidup, majulah!" Dara itu
dengan gerakan gagah melintangkan pedangnya di depan dada.
Sin Liong cepat melangkah maju. Dia tahu betapa lihainya kakek ini,
maka untuk mencegah pertempuran, dia cepat berkata, "Tocu, jangan salah sangka.
Dia adalah sumoiku, dia adalah puteri Suhu, Raja dari Pulau Es!"
Semua orang terkejut mendengar ini dan para pengurung melangkah mundur
dengan mata terbelalak. Betapapun juga, nama Raja Pulau Es masih merupakan nama
ampuh dan selain dibenci, juga amat ditakuti oleh mereka. Tentu saja sebagai
puteri Raja Pulau Es, dara itu merupakan musuh yang dibenci dan juga ditakuti.
Pantas saja dara itu demikian lihai, pikir mereka. Hati mereka gentar. Tidak
demikian dengan Ouw Kong Ek. Dia memandang Swat Hong dan tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha, jadi dia inikah puteri Raja Pulau Es? Puteri Han Ti
Ong? Bagus, hayo tangkap dia hidup-hidup!" perintahnya kepada para
pembantunya yang segera melompat ke depan.
"Tahan dulu!" Sin Liong sudah mengangkat tangan kanannya ke atas.
Semua orang, termasuk Ouw Kong Ek sendiri, memandang pemuda ini.
Betapapun juga mereka maklum bahwa pemuda ini lihai sekali, buktinya penyerbuan
binatang-binatang berbisa untuk membunuhnya di dalam kamar tahanan telah gagal,
bahkan binatang-binatang itu lari cerai berai dan kini pemuda itu sudah lolos
dari dalam penjara.
"Ouw-tocu, seperti sudah kuceritakan kepadamu, biarpun sumoi
adalah puteri Raja Han Ti Ong, akan tetapi ia menentang Ayahnya dan mewakili
Ibunya dihukum ke Pulau Neraka. Dia tidak memusuhi Pulau Neraka...."
"Ha-ha-ha, apapun yang kau katakan, dia tetap adalah puteri Han Ti
Ong, musuh besar kami. Mana kami dapat percaya kepada kalian, puteri dan murid
Han Ti Ong? Tangkap mereka!"
"Nanti dulu, Tocu! Mengapa engkau melanggar janji? Aku sudah
mengatakan bahwa kedatanganku ke pulau ini hanya untuk mencari Sumoi dan
ternyata sekarang Sumoi telah tiba di sini, maka harap Tocu bersikap bijaksana
dan membiarkan kami pergi dari tempat ini."
"Hai, Kakek berkepala besar yang tolol! Kau mudah saja dibohongi
Suheng! Kami memang datang untuk membasmi iblis-iblis di Pulau Neraka. Nah, kau
mau apa?"
"Sumoi!" Sin Liong membentak kaget dan cepat berkata kepada
ketua Pulau Neraka, "Tocu, jangan dengarkan dia. Agaknya dia telah
mengalami tekanan batin yang hebat sehingga mengeluarkan kata-kata kacau balau
tidak karuan."
Swat Hong mengangkat dada, menegakkan kepalanya dan menghadapi Sin
Liong dengan mata mendelik dan berkata lantang, "Apa? Kau mau bilang bahwa
aku telah menjadi gila?"
"Sumoi, kalau kau bicara seperti tadi, membohong tidak karuan,
memang agaknya kau telah gila?"
"Kau yang gila! Kau yang tidak waras dan berotak miring! Kalau aku
membohongi iblis-iblis ini, apa hubungannya dengan kau?"
Sin Liong benar-benar menjadi bingung. Biasanya Swat Hong bersikap
manis kepadanya dan biarpun dia tahu bahwa dara ini berhati keras, akan tetapi
belum pernah bersikap sekeras itu kepadanya.
Tiba-tiba muncul Soan Cu yang berkata kepada kakeknya, suaranya nyaring
sehingga terdengar oleh semua orang.
"Kong-kong, apa yang dikatakan Sin Liong memang benar! Dia
beriktikad baik terhadap kita, Kong-kong. Malam tadi aku datang kepadanya untuk
mengejeknya, akan tetapi dia sebaliknya malah menunjukan bahaya maut yang
mengancam diriku."
Kakek itu terkejut. "Bahaya maut? Apa maksudmu?"
"Sin Liong ternyata memiliki ilmu pengobatan yang lihai sekali.
Begitu melihat aku, dia mengatakan bahwa aku terserang hawa beracun dari
sebelah dalam dan jika tidak diobati dengan tepat, dalam waktu kurang dari
setahun aku tentu akan mati."
"Hahh...??" Kakek itu dan semua pembantunya terbelalak kaget
memandang dara itu yang bersikap sungguh-sungguh.
"Dan dia memang benar. Dia mengatakan bahwa setiap tengah malam
aku tentu merasa pening dan dibagian punggung seperti ditusuk-tusuk jarum,
kalau pagi kedua kaki pegal-pegal dan sehabis makan tentu merasa mual hendak
muntah. Semua yang dikatakannya itu ternyata tepat sekali, Kong-kong."
Berubah wajah kakek itu. Soan Cu adalah seorang yang amat disayangnya,
bahkan disayang oleh pembantunya karena dara inilah yang akan mewarisi seluruh
ilmu kepandaiannya dan yang akan menggantikannya menjadi Ketua Pulau Neraka.
Tentu saja mendengar bahwa usia Soan Cu hanya tinggal setahun dia terkejut bukan
main dan cepat memandang kepada Sin Liong.
Sin Liong sendiri bengong dan terheran-heran. Akan tetapi ketika dia
memandang Soan Cu ketika kakek itu membalik dan menghadapinya, dia melihat dara
itu secara lucu telah mengejapkan mata kirinya, maka mengertilah dia bahwa dara
itu kembali membohong! Membohong dengan cerdik bukan main dalam usahanya untuk
menolongnya!
"Kwa Sin Liong, benarkah cucuku diancam hawa beracun?
Benarkah??"
Melihat sikap Sin Liong meragu, agaknya sukar bagi pemuda itu untuk
membohong maka Soan Cu cepat berkata lagi, "Kong-kong, dia mengatakan
bahwa dia dapat memberikan obatnya, akan tetapi dia hanya mau memberi obat
kalau dia dan sumoinya dibebaskan dari sini. Terserah kepada Kong-kong berat
aku atau berat mereka itu."
Swat Hong sudah hampir membuka mulutnya memaki dara itu yang dia tahu
telah membohong. Dia sendiri mendengar percakapan mereka dan dara itu sama
sekali tidak sakit, bahkan telah memberi obat penolak binatang beracun kepada
Sin Liong, dan menyatakan betapa dara tak tahu malu itu amat suka dan kagum
kepada Sin Liong, maka datang menolongnya. Sekarang dara itu mengatakan hal
yang bukan-bukan! Akan tetapi, ketika mendengar ucapan terakhir dari Soan Cu,
tahulah dia bahwa dara itu kini membohong untuk menolong Sin Liong dan dia
terbebas dari Pulau Neraka! Kenyataan ini membuat dia bungkam kembali. Betapa
baiknya dara itu dan betapa akan buruknya dia kalau dia membongkar rahasia
gadis itu. Tentu Sin Liong akan makin kagum kepada Soan Cu dan makin benci
kepadanya. Pikiran inilah yang membuat dia membungkam dan tidak melanjutkan
niatnya untuk membantah Soan Cu.
Hati kakek itu makin bingung. Lenyaplah semua nafsunya untuk menawan
Sin Liong dan Swat Hong. Dia memandang Sin Liong dan bertanya, "Orang
muda, benarkah engkau dapat menyelamatkan cucuku?"
Kini Sin Liong yang menjadi bingung. Pemuda ini sama sekali tidak
pernah membohong dan hatinya tidak akan dapat membohong, namun dia tahu bahwa
kalau dia menyangkal kata-kata Soan Cu, sama saja mencelakakan gadis yang
berniat baik kepadanya itu. Maka dia lalu menjawab dengan suara ragu-ragu dan
perlahan, "Aku dapat memberi obat pembersih darah dan penguat tulang
kepadanya, Tocu."
"Dan kau menjamin bahwa cucuku tentu akan sembuh dan terhindar
dari ancaman maut hawa beracun di tubuhnya itu?" Kakek itu mendesak.
"Kong-kong mengapa tidak percaya kepadanya? lekas minta obatnya
dan engkau yang harus menjamin bahwa dia dan sumoinya tidak akan
diganggu," kata Soan Cu.
Kakek berkepala besar itu meraba-raba jenggotnya. "Hemmm,harus ada
buktinya dulu. Kwa Sin Liong, mulai saat ini engkau dan Sumoimu puteri Han Ti
Ong harus tinggal di pulau ini sebagai tamu sambil menanti hasil pengobatanmu kepada
cucuku. Kalau kau gagal mengobatinya, hemmm, aku tidak akan mengampuni kalian
berdua. Kalau cucuku sembuh, barulah kita bicara lagi."
Sin Liong mengerutkan alisnya hendak membantah peraturan yang berat
sebelah ini, akan tetapi dia melihat Soan Cu mengedipkan mata kirinya maka dia
menarik napas panjang dan mengangguk lalu berkata, "Harap sediakan alat
tulis, biar kulukiskan bentuk daun yang harus dicari."
Sin Liong lalu melukiskan beberapa macam daun yang mudah dicari dan
yang mempunyai khasiat biasa saja, yaitu sekedar penambah kekuatan tubuh. Ouw
Kong Ek lalu menyuruh seorang pembantunya untuk mencari daun-daun yang dilukis
itu di pulau sebelah Pulau Neraka di mana terdapat banyak tetumbuhan. Adapun
Sin Liong dan Swat Hong lalu diperlakukan sebagai tamu terhormat, bahkan
disediakan dua kamar yang bersih untuk mereka, dilayani baik-baik dan tentu
saja di samping pelayanan ini, para pelayan yang terdiri dari pembantu-pembantu
ketua, bertugas pula sebagai penjaga!
"Kuperingatkan kepada kalian agar menanti sampai cucuku sembuh.
Lari pun tidak akan ada gunanya bagi kalian karena perahu-perahu kalian telah
kami simpan dan di sekeliling Pulau Neraka tidak akan ada perahu sebuah pun.
Tanpa perahu, bagaimana kalian akan dapat meninggalkan pulau ini?" Demikinan
pesan Ouw Kong Ek sebelum dia meninggalkan dua orang itu sehingga Swat Hong
menjadi mendongkol sekali dan hampir saja dia memaki-maki ketua itu kalau tidak
ditahan oleh Sin Liong yang memegang lengannya.
Setelah ketua itu meninggalkan mereka berdua di dalam pondok di mana
mereka untuk sementara tinggal, Sin Liong menegur sumoinya , "Sumoi,
mengapa kau bersikap seperti itu?"
"Suheng, aku tidak nyangka sama sekali akan menyaksikan engkau
yang terkenal alim kini bermain gila dengan gadis puteri ketua Pulau Neraka.
Huhh!"
Sin Liong mengerutkan alisnya dan memandang tajam kepada sumoinya,
hatinya bertanya mengapa sumoinya memperhatikan soal begitu, padahal sama
sekali tidak ada sangkut paut dengan sumoinya.
"Sumoi, engkau tahu betul bahwa Nona Ouw Soan Cu melakukan hal itu
demi menolong kita. Siapakah yang main-main dengan dia?"
"Hemm, apa kau kira aku tidak tahu betapa dia suka kepadamu dan
sengaja mendatangi kamar tahananmu untuk merayumu?"
"Sumoi! jadi sudah selama ini kau berada di sini? Dan kau diam saja?
Sumoi, mengapa kau menyangka yang bukan-bukan? Kalau kau sudah tahu akan
kunjungannya itu, tentu kau tahu juga bahwa dia datang untuk memberi obat
penolak binatang-binatang berbisa. Sumoi, kita semestinya berterima kasih
kepadanya, dia bermaksud baik bahkan tidak segan-segan membohong kepada
Kong-kongnya demi keselamatan kita."
"Ya, ya, memang dia baik sekali dan cantik sekali. Siapa yang
tidak tahu?"
"Sumoi..., harap jangan marah. Dia adalah seorang gadis yang
bernasib buruk sekali, ibunya meninggal ketika melahirkan dia, ayahnya pergi
entah kemana dan sampai kini belum kembali..."
"Memang, dia seorang gadis bernasib buruk yang patut dikasihani,
tidak seperti aku..." dan Swat Hong lalu menelungkupkan muka di atas meja
dan menangis!
Sin Liong terkejut, beberapa kali hendak memegang lengan sumoinya akan
tetapi ditahannya tangannya.
"Aihh... Sumoi, engkau pun bernasib buruk, dan aku merasa kasihan
sekali kepadamu. Karena aku merasa kasihan aku menyusulmu. Sumoi, diamlah
jangan menangis. Apakah Sumoi telah bertemu dengan Ibumu?"
Swat Hong seketika berhenti menangis, mengangkat mukanya yang basah air
mata dan memandang kepada Sin Liong. Pemuda itu merasa kasihan sekali, lalu
mengeluarkan saputangannya dan menghapus air mata yang membasahi muka gadis
itu.
"Suheng... apa maksudmu? Apa yang terjadi dengan dia? Bukankah ibu
berada di Pulau Es dan aku sudah mewakilinya?" Mendengar tentang ibunya,
seketika lupalah Swat Hong akan kemarahan dan kedukaan hatinya sendiri.
"Ibumu juga telah pergi meninggalkan Pulau Es..." dengan
singkat Sin Liong lalu menceritakan apa yang terjadi setelah gadis itu lari
pergi dari Pulau Es, betapa ibunya juga pergi, tidak mau disuruh tinggal di
Pulau Es setelah puterinya membuang diri ke Pulau Neraka.
"Aku tadinya mengharapkan engkau dapat bertemu dengan ibu maka aku
tidak melihatmu di sini, Sumoi. Jadi engkau belum bertemu dengan ibumu?"
Gadis itu mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala, kelihatan muram
wajahnya mendengar akan kepergian ibunya.
"Ah, kalau begitu ke manakah perginya ibumu?" Sin Liong
termenung dan diam-diam dia pun merasa prihatin sekali akan nasib wanita itu.
Tba-tiba Swat Hong berdiri dan mengepal tinju, mukanya agak pucat
ketika dia berkata, "Aku mau pergi dari sini sekarang juga! Aku harus
mencari ibu sampai ketemu, dan aku tidak akan kembali ke Pulau Es! Aku tidak
akan sudi menggantikan ibu di Pulau Neraka ini pula. Bukankah ibu sudah
meninggalkan Pulau Es sehingga percuma saja aku mewakilinya?"
"Nanti dulu, Sumoi, kau tidak bisa pergi begitu saja. Tentu mereka
akan menghalangimu!"
"Aku tidak takut! Yang menghalangi aku akan kubunuh!"
"Sabarlah, Sumoi. Perlu apa kita mencari permusuhan dengan mereka
yang berjumlah banyak? Bukan soal takut atau tidak takut, akan tetapi mereka
adalah manusia-manusia yang bernasib buruk sekali, dipaksa tinggal di tempat
seperti neraka ini. Bahkan mereka boleh dibilang senasib dengan ibumu dan
denganmu sendiri. Selain itu ke manakah kita harus mencari ibumu? Kalau kita
berbaik dengan mereka, bukankah kemudian mereka dapat membantu kita mencari?
dengan tenaga banyak orang kukira akan lebih mudah mencari Ibumu yang tidak
jelas ke mana perginya itu."
Swat Hong dapat dibujuk dan akhirnya dia duduk di atas bangku sambil
mengerutkan alisnya dengan wajah muram. Betapapun juga, setelah dia sadar bahwa
cemburunya terhadap suhengnya dan Soan Cu tidak berdasar, kini terasalah
olehnya betapa hatinya sesungguhnya merasa lega dan senang karena dapat bertemu
dan berkumpul dengan suhengnya, apalagi di tempat yang berbahaya ini.
Beberapa hari telah lewat dan Soan Cu setiap hari minum
"Obat" yang terbuat dari daun-daun seperti yang dilukiskan oleh Sin
Liong. Setiap hari kakeknya bertanya dan dia menjawab bahwa penyakitnya yang
dideritanya, rasa nyeri seperti yang dinyatakan Sin Liong itu berangsur-angsur
sembuh! Girang bukan main hati kakek itu, akan tetapi hati Swat Hong yang
mendongkol melihat betapa Soan Cu seolah-olah mengulur waktu
"penyembuhannya"!
Pada hari ke tujuh, Ouw Kong Ek dan Soan Cu mendatangi pondok tempat
tinggal Sin Liong dan Swat Hong. Dua orang muda dari Pulau Es ini memang sudah
menunggu di depan pondok dengan hati tidak sabar, menanti berita kesembuhan
total Soan Cu. Maka mereka menayambut ketua Pulau Neraka dan cucunya itu dengan
penuh harapan itu, melihat betapa wajah kedua orang pendatang itu berseri.
Setelah tiba di depan mereka, Soan Cu segera berkata, "Sin Liong, Kakek
merasa berterima kasih sekali kepadamu dan menyetujui kau melanjutkan
pengobatan dengan menggunakan sinkang!"
"Apa...?" Akan tetapi kata-kata Sin Liong yang bingung dan
tidak mengerti itu segera diputus oleh Soan Cu, "Bukankah dulu kau katakan
setelah beberapa hari minum obat penawar racun, kau akan melenyapkan sama
sekali hawa beracun itu dengan menggunakan sinkang menyedot keluar hawa itu
dari punggungku?"
Ouw Kong Ek tertawa. "Orang muda she Kwa. Kalau bukan engkau yang
sudah kupercaya penuh, tentu aku tidak mengijinkan pengobatan ini. Akan tetapi
aku sudah percaya kepadamu, maka silahkan. Mudah-mudahan saja dalam waktu
singkat cucuku akan sembuh sama sekali." Setelah berkata demikian, kakek
itu membungkuk ke arah Sin liong dan Swat Hong, lalu meninggalkan cucunya.
"Soan Cu, apa maksudmu?" Sin Liong segera berbisik menegur.
"Huh, tentu ingin berduaan denganmu di dalam kamar, apa
lagi?" Swat Hong mengejek.
"Husshhh, harap kalian jangan ribut-ribut," bisik Soan Cu.
"Mari kita masuk ke kamar dan bicara." Dia menggandeng tangan Sin
Liong dan diajaknya masuk. Melihat Swat Hong cemberut, Sin Liong berkata,
"Sumoi, marilah."
"Aku tidak sudi menggangu kalian!"
"Aih Enci Hong, mengapa begitu? Yang hendak kubicarakan adalah
kepentingan kalian berdua. Marilah." Soan Cu berkata dan agaknya memang
dara Pulau Neraka ini tidak pernah mengerti apa yang diejekkan oleh Swat Hong.
Agaknya cara hidup di Pulau Neraka membuat dia kurang mengerti akan tata susila
sehingga tak pernah merasa melanggar sesuatu biarpun dia memasuki kamar berdua
dengan seorang pemuda.
Sambil bersungut-sunggut menyembunyikan rasa malunya bahwa dia telah
menduga yang bukan-bukan, Swat Hong ikut masuk.
"Aku memang berpura-pura, mengulur panjang waktu penyembuhan.
Semua ini karena aku mendengar bahwa Kong-kong dan para pembantunya tidak
membebaskan kalian setelah aku sembuh."
"Keparat! Kong-kongmu memang bukan manusia baik-baik! pantas
menjadi ketua di Pulau Neraka! Aku akan menemuinya!"
"Hushhh, Sumoi, Bersabarlah, dan mari kita dengar kata-kata Soan
Cu."
Dengan muka muram Swat Hong duduk lagi dan memandang wajah Soan Cu.
Wajah yang manis sekali, pikirnya, manis dan polos. Pantaslah kalau andaikata
Sin Liong jatuh cinta kepada gadis ini, pikirnya lagi dan hatinya merasa
berdebar penuh khawatir.
"Kong-kong telah berjaga-jaga dan mempersiapkan anak buahnya,
menjaga kalau-kalau kalian melarikan diri. Berbahaya sekali."
"Habis bagaimana baiknya,Soan Cu?"
"Ada jalan," kata dara yang lincah dan cerdik itu.
"Menurut pendengaranku ketika Kong-kong merundingkan di kamar rahasia
bersama para pembantunya yang paling dipercaya, Kong-kong tidak berniat buruk
kepada kalian. Setelah kau dapat menyembuhkan aku, maka Kong-kong membutuhkan
engkau sebagai ahli pengobatan di pulau ini. Dia hendak menahanmu agar kau
dapat mengobati setiap penghuni yang terserang penyakit. Adapun Enci Hong
ditahan di sini sebagai sandera, untuk menahan kekuasaan Pulau Es."
"Keparat....!"
"Jangan marah, Enci Hong. kurasa kita harus menghadapi Kong-kong
yang berwatak kasar dengan sikap dan akal halus. Kalau aku sudah sembuh, yaitu
kalau kunyatakan bahwa aku sudah sembuh sama sekali, sedikit banyak Kong-kong
tentu akan berterima kasih. Kemudian Liong-ko...heh, Sin Liong mengajarkan
Kong-kong mengenal daun obat-obatan dengan janji akan membebaskan kalian.
Kurasa Kong-kong akan mau menerimanya karena sebenarnya yang dibutuhkan adalah
pengetahuan tentang ilmu pengobatan itu. Dengan demikian, kalau kalian
meninggalkan pulau ini, kalian akan dianggap sebagai sahabat dan penolong.
Bagaimana?"
"Kurasa baik juga akal ini," kata Sin Liong.
"Hemm, terserahlah. Akan tetapi jangan ada akal bulus di balik
semua ini!" Swat Hong mengancam.
Soan Cu menarik napas panjang. "Enci Hong, harap jangan mencurigai
aku. Aku sudah menyesal sekali menjadi seorang yang terlahir di tempat ini, dan
aku ingin melanjutkan cita-cita Ayah bundaku yang kabarnya dahulu juga selalu
berusaha agar penghuni Pulau Neraka tidak menjadi orang liar yang tidak
mengenal prikemanusiaan." Setelah berkata demikian, Soan Cu pergi meninggalkan
pondok itu dengan muka tunduk.
"Seorang anak yang baik...." Sin Liong memuji sambil
memandang tubuh dara itu yang melangkah pergi meninggalkan pondok.
"Maksudmu, seorang dara yang cantik dan berbudi!"
Tanpa menoleh Sin Liong mengangguk. "Memang, dia cantik dan
berbudi."
"Huh! Sudah kusangka demikian!"
Sin Liong menoleh kaget dan memandang wajah sumoinya, "Sumoi, apa
maksudmu?"
Swat Hong membuang muka. "Hemm, tidak apa-apa.
"Begitulah!" lalu dia lari memasuki kamarnya, membanting daun pintu
keras-keras.
Sin Liong menggeleng kepalanya, makin tidak mengerti dia akan sikap
wanita pada umumnya dan saat itu, sikap Swat Hong khususnya, juga sikap Soan Cu
yang amat aneh kalau diingat bahwa dia adalah cucu ketua Pulau Neraka yang
berwatak aneh dan kejam.
Semua terjadi seperti direncanakan oleh Soan Cu. Setelah dara itu
mengaku sembuh sama sekali dan Sin Liong bersama Swat Hong menghadap ketua
untuk minta pembebasan, Ouw Kong Ek menggeleng kepalanya dan berkata, "Kwa
Sin Liong, kami berterima kasih sekali atas penyembuhan penyakit cucuku, dan
untuk jasamu itu, kami tidak akan menggangu kalian, bahkan menganggap kalian
sebagai orang-orang berjasa. Akan tetapi, terpaksa kami tidak dapat membebaskan
kalian karena kami amat membutuhkan engkau sebagai ahli pengobatan di pulau
ini. Maka, harap kalian suka mengerti akan kebutuhan kami ini. Tinggallah di
sini dan menjadi orang-orang terhormat menjadi pembantuku yang paling
baik."
"Tocu, aku mengerti akan kebutuhan Tocu dan para penghuni Pulau
Neraka. Akan tetapi sungguh tidak adil kalau menyuruh kami tinggal di sini
selamanya, apa lagi amat tidak adil bagi Sumoi. Betapapun juga, karena aku
mengerti akan kebutuhan kalian semua, biarlah sekarang diatur begini saja. Aku
akan sementara waktu tinggal di sini mengajarkan ilmu pengobatan kepada Tocu,
akan tetapi kuminta agar Sumoi sekarang juga dibebaskan, diberi sebuah perahu
agar sumoi dapat pergi lebih dahulu meninggalkan Pulau Neraka. Adapun aku
sendiri, kalau Tocu sudah mengenal semua daun dan bahan pengobatan, baru aku
akan pergi dari sini. Bagaimana?"
Ketua Pulau Neraka itu mengerutkan alisnya, lalu melirik kearah cucunya
yang duduk di sebelahnya dan menundukkan kepala saja.
"Hemmm, boleh juga sumoimu pergi. Biarpun dia puteri Han Ti Ong,
akan tetapi mengingat akan jasamu, biarlah dia kami bebaskan. Akan tetapi
kau....ah, aku sangat mengharapkan agar engkau menjadi.... keluarga kami, orang
muda." Kembali dia mengerling ke arah Soan Cu dan gadis itu makin
menundukkan mukanya yang menjadi merah sekali.
"Benar sekali, dia amat cocok menjadi jodoh Nona Ouw!"
beberapa orang membantu berkata sambil tertawa-tawa, sikap mereka bebas
terbuka.
"Aku tidak mau pergi!" tiba-tiba Swat Hong berkata lantang.
"Kalau Suheng tinggal di sini mengajarkan ilmu pengobatan, aku akan
tinggal di sini juga sampai pelajaran itu selesai. Dan kalau.... kalau ada
pengantinan di sini, kalau suheng diambil mantu, aku pun harus menjadi
saksinya!"
Ucapan itu sebetulnya dikeluarkan dengan gejolak kemarahan dan
kepanasan hatinya, akan tetapi para pembantu Ouw Kong Ek menyambutnya dengan
suara ketawa.
Tentu saja Sin Liong kaget sekali mendengar ucapan Sumoinya itu. Ada
kesempatan yang amat baik terbuka bagi Swat Hong untuk membebaskan diri dari
pulau berbahaya itu, dan kesempatan itu dibuang begitu saja oleh Swat Hong! Dia
telah mengenal watak Swat Hong. Sekali bilang tidak mau, dipaksa pun sampai
mati tidak akan mau tunduk! Maka dia menjadi bingung sekali.
"Tocu, karena Sumoi tidak mau pergi sendiri lebih dulu, maka
biarlah perjanjian kita diubah. Akan memberi pelajaran ilmu pengobatan kepada
Tocu, setelah Tocu mengenal bahan obat untuk melindungi penghuni pulau ini, aku
dan Sumoi boleh pergi dengan bebas."
0 komentar:
Posting Komentar